BSIP BERKARYA: SEPERTI APA MENGELOLA LAHAN KERING MASAM YANG BIJAK?
Penghujung bulan Oktober ini tepatnya Selasa, 31 Oktober 2023, Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk (BPSI Tanah dan Pupuk) kembali hadir untuk menambah pengetahuan kita semua dengan menyelenggarakan Bimtek (Bimbingan Teknis) Online yang bertemakan “Seperti Apa Mengelola Lahan Kering Masam yang Bijak?”. Bimtek ini diikuti sebanyak 348 peserta dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari berbagai macam profesi mulai dari peneliti, penyuluh pertanian, dosen, mahasiswa, petani, ASN Pertanian dan stakeholder pertanian lainnya.
Materi Bimtek “Seperti Apa Mengelola Lahan Kering Masam yang Bijak?” disampaikan oleh Narasumber Septiyana, SP., M.Si dan dipandu oleh Moderator Ir. Joko Purnomo, M.Si. Kegiatan Bimtek ini dibuka oleh Dr. Ir. Ladiyani Retno Widowati, M.Sc., selaku Kepala BPSI Tanah dan Pupuk. Ladiyani dalam sambutanya menyampaikan lahan masam dapat dilihat berdasarkan karakteristik tanah salah satunya pH tanah atau reaksi tanah. Adapun kategori reaksi tanah diantaranya agak masam, masam dan sangat masam.
Selanjutnya acara diisi dengan pemaparan materi bimtek oleh Septiyana, SP., M.Si. Septiyana menyampaikan bahwa lahan kering adalah lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air selama periode waktu dalam setahun atau sepanjang waktu. Lahan kering dibedakan oleh dua jenis iklim yaitu lahan kering beriklim basah dan lahan kering beriklim kering. Lahan kering masam yang dapat digunakan untuk pertanian di Indonesia mencapai 67,5 % dari luas total lahan pertanian yang sebagian besar tersebar di luar pulau Jawa. Namun demikian lahan kering masam meskipun memiliki potensi luasan lahan yang cukup luas, juga lahan kering masam memiliki beberapa faktor pembatas yang umumnya kita temui. Faktor-faktor pembatas tersebut antara lain: Kemasaman tanah (pH <5,5), Kadar Al tinggi, fiksasi P tinggi, kandungan basa-basa dapat ditukar rendah, Kapasitas tukar kation (KTK) rendah, bahan organik rendah, miskin elemen biotik, dan erosi tanah tinggi. Septiyana menyampaikan tahapan pengelolaan lahan kering masam terdiri dari 3 tahap, pertama konservasi tanah dan air (pengendalian erosi dan rehabilitas tanah), kedua pengembangan komoditas tanaman (pemilihan komoditas disesuaikan dengan kesesuaian lahan), dan ketiga pengelolaan bahan pembenah tanah. Penggunaan dan pengelolaan bahan pembenah tanah terdiri dari bahan organik (kompos, biochar dan mulsa), pupuk hayati, pengapuran, rock phosphate dan penggunaan pupuk berimbang.
Pengelolaan lahan masam tersebut, jika kita lakukan dengan tepat, maka akan memberikan pengaruh yang baik untuk meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman, karena setiap pengelolaan yang kita lakukan memiliki fungsi yang baik pada lahan masam, misal kegiatan pengapuran dan penggunaan aplikasi rock phosphate, masing-masing memiliki fungsi antara lain meningkatkan pH tanah, meningkatkan ketersediaan kalsium dan fosfor, mengurangi keracunan Al, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), sementara aplikasi rock phosphate juga dapat meningkatkan hara P tanah, mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Ca, Mg dan Zn), meningkatkan pH tanah, slow release, mengurangi P difiksasi, dan memiliki efek residu pada tanah dan tanaman.
Kegiatan ini diakhiri dengan sesi tanya jawab yang diikuti dengan sangat antusias oleh peserta bimtek. Dengan diadakan bimtek ini, diharapkan peserta memperoleh ilmu mengenai pengelolaan lahan kering masam, sehingga dapat mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern. (RR, M.Is, Spt, AFS, Mtm).